Begitulah
selalu pertanyaan yang di ajukan oleh wanita, minimal kepada diri sendiri atau
mungkin kepada orang yang paling dipercayai. Berapa banyak produk yang
mendukung seolah tampil cantik adalah segalanya. Produk kecantkan, perawatan
tubuh, perawatan kulit, perawatan wajah atau perawatan yang lain pasti akan
menembak sasaran ingin tampil cantik. Seolah para marketer sudah terlalu paham
dengan gaya hidup seorang wanita dan memang kenyataannya demikian. Coba hitung
berapa produk bedak, body lotion, shampoo, sabun pembersih, cream wajah, cream
siang, cream malam, creambath sampai pada ice cream. Semua adalah wanita.
Belum
lagi kita menembak dari sisi pakaian, fesyen, trend serta gaya hidup. Rasanya tak
ada habisnya untuk dibahas masalah wanita.
Tapi
apakah seperti itu seharusnya kita bersikap? Bersikap kepada wanita. Bahkan ada
seorang teman saya yang urung menikahi wanita yang di incarnya dengan alasan
tidak mampu membelikan bedak. Mungkin itu terkesan guyon atau bercanda, tapi
pasti si lekaki sudah bias membayangkan jika nanti hidup berdampingan
dengannya. Dia tidak sanggup dengan segala tetek bengek nya wanita. Apalagi jika
sudah pernah mencium udara kota. Wah, jadi tambah berat kata si lelaki dengan
nada pesimis.
Jika
kita mengadakan survey tentang cirri wanita cantik, pasti akan muncul criteria yang
wanita yang memiliki tubuh ramping, pinggang kecil, betis membujur, rambut
panjang lurus dan pirang, kulit putih, bibir kecil dan penuh, hidung mancung,
dan mata berbinar. Tapi apakah dalam ajaran Islam juga diajarkan yang seperti
itu. Apakah Islam mengatur tentang criteria cantik itu sendiri.
Dalam
satu hadits yang diriwayatkan ‘Aisyah ra, beliau berkata bahwa Asma’ binti Abu
Bakar telah memasuki rumah Rasulullah saw dengan memakai busana yang tipis,
maka Rasulullah saw pun berpaling seraya berkata: Wahai Asma’, sesungguhnya
perempuan itu jika telah baligh tidak pantas untuk ditampakkan dari tubuhnya
kecuali ini dan ini – sambil menunjuk telapak tangan dan wajahnya.
Apakah itu kita?